Melanjutkan komitmen Bank Mandiri dalam rangka penciptaan generasi muda yang mandiri serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang dilaksanakan bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Suatu usaha yang menghasilkan produk manufaktur, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, pertambangan, pengembangan properti, perhutanan, tekstil, serta usaha yang memberikan nilai tambah tanpa memproduksi barang antara lain toko, ritel, keagenan, distributor, konsultan, transportasi, perawatan kesehatan, perawatan kecantikan, pendidikan, penerbitan dan percetakan, laundry, travel biro dan event organizer.
Kategori yang diperlombakan untuk bidang usaha Wirausaha Industri, Perdagangan dan Jasa, Boga dan Kreatif adalah :
1. Kategori Mahasiswa program S1 & diploma, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus mahasisw aktif dan sedang menempuh program pendidikan jenjang sarjana (S1) atau diploma (D1 - D3).
Berusia (maksimal) 28 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa D1/D2/D3/S1 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif.
2. Kategori Alumni & mahasiswa Pasca Sarjana, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus sebagai lulusan program pendidikan jenjang Sarjana atau Diploma atau peserta yang berstatus sebagai mahasiswa aktif dan menempuh program pendidikan jenjang pasca sarjana (S2) dan program doktoral (S3).
Berusia (maksimal) 35 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa jenjang S2/S3 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif, atau
Berstatus sebagai alumni studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
Melanjutkan komitmen Bank Mandiri dalam rangka penciptaan generasi muda yang mandiri serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang dilaksanakan bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Suatu usaha yang memberikan nilai tambah dengan memproduksi dan atau memperdagangkan produk pangan antara lain industri pengolahan makanan dan minuman, restoran, pemilik merk franchise makanan atau minuman dan catering.
Kategori yang diperlombakan untuk bidang usaha Wirausaha Industri, Perdagangan dan Jasa, Boga dan Kreatif adalah :
1. Kategori Mahasiswa program S1 & diploma, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus mahasisw aktif dan sedang menempuh program pendidikan jenjang sarjana (S1) atau diploma (D1 - D3).
Berusia (maksimal) 28 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa D1/D2/D3/S1 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif.
2. Kategori Alumni & mahasiswa Pasca Sarjana, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus sebagai lulusan program pendidikan jenjang Sarjana atau Diploma atau peserta yang berstatus sebagai mahasiswa aktif dan menempuh program pendidikan jenjang pasca sarjana (S2) dan program doktoral (S3).
Berusia (maksimal) 35 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa jenjang S2/S3 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif, atau
Berstatus sebagai alumni studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
Melanjutkan komitmen Bank Mandiri dalam rangka penciptaan generasi muda yang mandiri serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang dilaksanakan bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Wirausaha berbasis pada kreativitas sesuai kategori dari kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu : periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan.
Kategori yang diperlombakan untuk bidang usaha Wirausaha Industri, Perdagangan dan Jasa, Boga dan Kreatif adalah :
1. Kategori Mahasiswa program S1 & diploma, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus mahasisw aktif dan sedang menempuh program pendidikan jenjang sarjana (S1) atau diploma (D1 - D3).
Berusia (maksimal) 28 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa D1/D2/D3/S1 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif.
2. Kategori Alumni & mahasiswa Pasca Sarjana, yaitu :
Diperuntukkan bagi peserta yang berstatus sebagai lulusan program pendidikan jenjang Sarjana atau Diploma atau peserta yang berstatus sebagai mahasiswa aktif dan menempuh program pendidikan jenjang pasca sarjana (S2) dan program doktoral (S3).
Berusia (maksimal) 35 tahun pada bulan April 2016
Berstatus mahasiswa jenjang S2/S3 yang ditunjukkan dengan copy kartu mahasiswa dan surat keterangan sebagai mahasiswa aktif, atau
Berstatus sebagai alumni studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
Melanjutkan komitmen Bank Mandiri dalam rangka penciptaan generasi muda yang mandiri serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang dilaksanakan bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Wirausaha yang menciptakan produk dan layanan berbasis teknologi yang berfokus pada penciptaan inovasi teknologi terapan yang memiliki dampak bagi masyarakat luas.
Kategori yang diperlombakan untuk bidang usaha Wirausaha Teknologi adalah :
1. Kategori Digital, yaitu :
Meliputi usaha di bidang elektronika dan robotic serta teknologi turunannya, teknologi informasi dan komunikasi beserta turunannya.
Peserta maksimal Berusia maksimal 40 tahun pada bulan April 2016
Sedang menempuh studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3, atau merupakan alumni dari studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
2. Kategori Non Digital, yaitu :
Meliputi usaha pengolahan energi, energi efisiensi dan teknologi pendukungnya, bidang pengolahan air bersih atau air minum, distribusi air dan teknologi turunannya, dan Inovasi teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan pangan.
Peserta maksimal Berusia maksimal 40 tahun pada bulan April 2016
Sedang menempuh studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3, atau merupakan alumni dari studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
Melanjutkan komitmen Bank Mandiri dalam rangka penciptaan generasi muda yang mandiri serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang dilaksanakan bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Wirausaha berbasis pada praktik social enterprise dan pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi masalah sosial yang timbul di masyarakat.
Kategori yang diperlombakan untuk bidang usaha Wirausaha Sosial adalah :
1. Kategori Parwisata dan Kreatif
Meliputi usaha di bidang pengelolaan potensi wisata, operator paket wisata, penciptaan produk kreatif (berdasarkan kategori dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) sebagai solusi atas masalah sosial yang timbul di masyarakat.
Peserta maksimal Berusia maksimal 45 tahun pada bulan April 2016
Sedang menempuh studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3, atau merupakan alumni dari studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
2. Kategori Pertanian dan Kelautan
Meliputi usaha di bidang pertanian, perkebunan, budidaya perikanan air tawar, budidaya perikanan air asin, produk holtikultura, petani garam, nelayan air tawar, kelompok nelayan dll sebagai solusi atas masalah sosial yang timbul di masyarakat.
Peserta maksimal Berusia maksimal 45 tahun pada bulan April 2016
Sedang menempuh studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3, atau merupakan alumni dari studi jenjang D1/D2/D3/S1/S2/S3.
1 | Warga Negara Indonesia yang ditunjukkan dengan scan copy KTP yang masih berlaku. |
2 | Memiliki usaha yang relevan dengan kategori usaha dan telah dijalankan minimal 1 tahun pada tanggal 1 Oktober 2015. |
3 | Bukan merupakan usaha yang dilarang atau bertentangan dengan hukum negara Republik Indonesia. |
4 | Usaha atau inovasi teknologi yang didaftarkan tidak sedang didaftarkan pada kompetisi lain di saat yang bersamaan. |
5 | Lokasi badan usaha dan/atau kantor pusat badan usaha calon peserta berada di wilayah Indonesia. |
6 | Peserta yang dapat mendaftar Program WMM 2015 adalah pemilik bisnis / penemu / inovator, bukan pemegang ijin franchise (franchisor) atau bukan pegawai yang ada di level senior manajemen dalam suatu badan usaha. |
7 | Khusus pada bidang usaha Wirausaha Sosial, peserta yang dapat mendaftar adalah pengurus atau ketua social enterprize yang didaftarkan. |
8 | Apabila suatu usaha didirikan oleh lebih dari 1 orang (misal : usaha bersama, usaha keluarga, firma, join venture, CV, perseroan terbuka, dll) maka yang boleh mendaftarkan diri hanya 1 orang. 1 Usaha hanya boleh didaftarkan untuk 1 orang peserta. Penentuan personel yang mendaftar sebagai perwakilan bisnisnya dalam Program WMM diserahkan kepada masing-masing peserta. Apabila ada 2 peserta mendaftarkan 1 perusahaan yang sama maka panitia akan menggugurkan peserta tersebut. |
9 | Peserta yang telah mendaftarkan diri pada Penghargaan WMM di tahun-tahun sebelumnya dan belum dinyatakan sebagai finalis nasional diperkenankan untuk mendaftar kembali pada Penghargaan WMM di tahun 2015. |
10 | Calon peserta diminta memberikan pernyataan bahwa inovasi / merk dagang brand usaha yang didaftarkan bukan merupakan bentuk plagiarisme secara ilegal. Apabila dalam proses penilaian dan penentuan pemenang program WMM 2015 ada keberatan dan/atau tuntutan hukum dari pihak lain terkait isu plagiarisme baik dalam bentuk produk, hak paten produk, model bisnis, merk dagang, rahasia dagang, dll dari pihak lain, maka peserta yang bersangkutan dinyatakan gugur dari kompetisi WMM 2015. |
11 | Calon peserta diminta memberikan pernyataan bahwa bahwa project / usaha / rencana pengembangan yang didaftarkan dan peserta yang bersangkutan tidak sedang dalam penyelidikan kasus hukum perdata atau pidana. Apabila dalam proses penilaian dan penentuan pemenang program WMM 2015 ditemukan adanya tuntutan hukum atau proses hukum terhadap usaha atau peserta terdaftar maka peserta yang bersangkutan dinyatakan gugur dari kompetisi WMM 2015. |
12 | Dalam hal adanya pemeriksaan pihak berwajib terkait tuntutan hukum yang dialami oleh peserta terdaftar selama proses penjurian hingga pengumuman pemenang program WMM 2015, hal tersebut merupakan tanggung jawab personal dari peserta. |
Merry Yani (29) sudah bertekad untuk berkarier di dunia akunting setelah menyelesaikan pendidikannnya di Universitas Tarumanegara Jakarta. Namun, Tuhan rupanya punya rencana lain. Pada 2005, Merry, begitu dia biasa dipanggil, terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Jakarta untuk merawat sang ibu yang mengidap kanker rahim. Setelah berjuang selama dua tahun, akhirnya ibunya meninggal dunia pada 2007.
Sepeninggal sang ibu, Merry memutuskan untuk menetap di kampung halamannya di Kabupaten Karawang. Untuk mengisi waktu, gadis bertubuh mungil ini membantu telur asin milik kakaknya. Namun, karena sibuk mengurus keluarga, bisnis telur asin merugi dan akan ditutup. Merry ingat merasa tak rela bisnis itu berhenti, karena usaha telur asin itulah yang sudah menghidupi dirinya. Maka, dia pun memberanikan untuk mengambil alih bisnis itu.
“Teman-teman kuliah saya menertawakan saya ketika saya bilang kalau saya mau melanjutkan bisnis telur asin ini. Katanya, sayang banget udah punya ijazah sarjana malah jadi tukang telur asin. Tetapi, saya sih nggak ambil pusing,” tuturnya.
Merry pun mulai bekerja. Dia meningkatkan produksi telur dari 1.500 butir menjadi 15.000 butir per hari, melakukan riset pasar, berkonsultasi ke Dinas Peternakan, serta mencari pekerja yang sevisi dengannya. Anak ketiga dari empat bersaudara ini benar-benar mencari tahu apa kebutuhan konsumen dan selalu berusaha memenuhinya. Termasuk permintaan untuk membuat level asin pada telur asinnya, serta mempertahankan rasa gurih yang menjadi ciri khas produknya.
Empat tahun kemudaian, usaha telur asin Merry berkembang pesat. Dia memasok kebutuhan telur asin di Jabodetabek hingga sejumlah daerah di Pulau Jawa. Usaha Merry berhasil menyerap tenaga kerja dan usahanya kini beromzet Rp 4,2 miliar dalam setahun. Keyakinan dan kerja keras Merry pun akhirnya terbayar. Lihatlah sapa yang tertawa sekarang.
Kisah keberhasilan lain datang dari Fery Eka Laksmana Hasan (31). Alumnus Fakultas Hukum Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung ini juga dikenal sebagai “Fery Voucher”, “Fery Sapi” dan banyak julukan lainnya, sesuai dengan barang-barang yang dijualnya. Sejak kecil, Fery memang sudah tertarik untuk berdagang. Namun baru setelah kuliah, dia bisa memfokuskan diri untuk menjadi seorang entrepreneur.
Waktu itu, Fery terjun ke dalam bisnis perdagangan perlengkapan pertanian. Dalam waktu singkat, omzet usahanya mencapai Rp 900 juta sebulan. Pada usianya yang baru menginjak 25 tahun, Fery sudah bisa membeli rumah, kendaraan serta menikmati fasilitas yang tidak semua anak muda seusianya bisa mendapatkannya. Namun masa indah itu hanya berlangsung singkat, karena kurangnya pengalaman Fery dalam mengelola manajemen bisnis membuatnya bangkrut.
“Dari yang asalnya punya segala, jadi nggak punya apa-apa. Semuanya dijual, dan masih dikejar-kejar orang. Umur saya baru 26 tahum bayangkan aja. Saya sampai sempat terpikir untuk membobol ATM,” ujarnya mengenang.
Untungnya, niat itu tidak dilakukan Fery. Dengan dukungan sang istri, ayah empat anak ini kemudian memulai bisnisnya dari nol, dengan menyewa jongko di Pasar Kosambi. Dia memotong bebek sendiri lalu menjualnya kepada pengunjung pasar, serta memasok ke sejumlah restoran. Fery bangun lebih awal dari kebanyakan anak muda lain untuk mengecek kandang dan orderan. Tak jarang, dia juga membawa anak sulungnya berjualan di pasar.
Dari situ, muncullah ide untuk memulai bisnis kuliner bebek. Berbekal kualitas daging bebek yang baik, sebuah survei yang menyebutkan bahwa permintaan bebek terus meningkat, serta ratusan resep berbahan bebek, Fery pun membuka gerai “Bebek Udig”. Di sana, dia menjual berbagai menu bebek, dari sosis, rendang hingga steak bebek. Dalam sehari, setidaknya 35-40 ekor serta 120 pak rendang bebek habis dipesan pelanggan Fery.
“Alhamdulillah sekarang punya 10 karyawan dan mau buka cabang lagi di Bandung dan Jakarta. Walaupun banyak bisnis kuliner serupa, saya bisa bertahan. Business is not what we do, but how we do it. Kita harus tahu cara mainnya. Kita bisa survey kok, malah bisa lebih baik daripada pendahulunya,” ungkapnya.
Lahir di Kota Malang tahun 1994, Yeni Dwi Fitriana atau yang akrab di sapa Yeni memiliki perhatian yang besar pada masalah sosial di lingkungan sekitarnya. Besar di kota Batu yang terkenal sebagai kota agrowisata berbasis pertanian, mahasiswa Universitas Negeri Malang ini bercita-cita untuk memandirikan dan mensejahterakan petani di Desa Temas, Batu, Jawa Timur.
Di kota Batu Yeni mendapati berbagai permasalahan sosial edukatif dan dilemma lingkungan. Berbagai taman rekreasi berbasis wahana modern yang bermunculan di kota Batu kurang menyediakan ruang bermain yang edukatif berbasis alam. Disamping itu terdapat dilema lingkungan yang menimpa para petani. Pertanian dengan pola organik yang ramah lingkungan membutuhkan biaya tinggi sehingga kurang populer di kalangan petani tradisional. Untuk menekan biaya produksi, banyak petani menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara berlebih yang dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat dipahami karena adanya ketimpangan harga komoditi pertanian pada saat panen yang merugikan petani.
Berbekal pengetahuan dan pengalaman organisasi di bangku kuliah, pada tahun 2014 Yeni dan beberapa pemuda dari desa Temas, Batu, Jawa Timur membentuk kelompok usaha Desa Wisata Dewi Temas untuk mengoptimalkan desa Temas sebagai Integrated farming & eco-tourism area yang berfungsi sebagai pusat ekonomi, edukasi dan wisata berbasis pertanian dan tanaman organik.
Kelompok usaha ini dibentuk dengan skema kewirausahaan sosial dimana selain mencari keuntungan, kelompok usaha ini juga memiliki misi memandirikan para petani organik di desa Temas melalui sektor eco-tourism. Berbagai paket wisata bernuansa alam seperti rafting, out bond farming dan festifal kampung tani telah dikembangkan selaras dengan usaha pertanian organik. Hasilnya, kini sudah lebih dari 3.600 m2 lahan pertanian di Batu menggunakan pola pertanian organik dan ribuan orang telah mengunjungi desa Temas setiap tahunnya untuk berguru serta menikmati atraksi wisata alam dan edukasi.
Dunia hiburan di Indonesia dibanjiri superhero dari luar negeri seperti Batman, Superman, Spiderman, Hulk, Ultraman, dan Power Rangers dan Upin-Ipin. Sementara superhero lokal seperti Si Pitung, Gatotkaca,dan semacamnya semakin terisisih.
Prihatin dengan kondisi itu, Nidia Noviana, mahasiswi program studi Elektronika dan Instrumentasi (ELINS) FMIPA UGM berusaha menampilkan kembali sosok-sosok superhero Indonesia. Bersama dengan komunitas produksi kreatif Jogja Tokusatsu Indonesia (JTOKU), Nidia memunculkan lagi karakter superhero Indonesia lewat film, kostum, dan desain grafis.
"Kita sangat prihatin selama ini anak-anak Indonesia justru banyak melihat film dengan karakter superhero dari luar negeri seperti Spiderman dan Batman. Padahal Indonesia memiliki banyak figur superhero misalnya tokoh-tokoh wayang seperti Gatotkaca, tetapi tidak banyak yang menggarap secara serius untuk dimunculkan kembali dalam bentuk film yang bersifat edukatif. Untuk itu, kami berusaha membangkitkan lagi dunia superhero dengan kearifan lokal Indonesia," urai mahasiswi angkatan 2008 ini, Jumat (2/1/2013) di UGM.
Tahun 2007, Nidia mulai meralisasikan mimpinya dengan membuat sejumlah film pendek yang rata-rata berdurasi kurang dari 10 menit. Film pertama mengangkat tokoh bernama Satria Baja Amar (ayam bakar). Film ini bercerita tentang sang ksatria yang mencoba untuk mengembalikan kembali kepercayaan dan gairah masyarakat untuk beternak dan mengonsumsi ayam seusai mewabahnya virus flu burung di hampir seluruh wilayah Indonesia.
"Film berdurasi diproduksi bekerjasama dengan Dinas Peternakan Yogyakarta untuk mengembalikan gairah makan ayam masyarakat Jogja setelah merebaknya virus flu burung," ujarnya.
Sosok hantu pocong yang menakutkan juga diangkat Nidia dalam sebuah film berjudul Pocongman. Adapula Borneomen yang berupaya melawan ilegal logging. Satria Arahat yang bercerita tentang masyarakat Jawa. Panglima Petir yang dibuat sebagai lanjutan dari film Gundala Putera Petir. Film Garudaman yang berusaha memberantas tindak korupsi, serta Cempaka si gadis yang bisa berubah menjadi robot.
"Kita juga buat film tentang Gatotkaca yang sudah dikontrak oleh B-Channel. Saat ini sudah diproduksi sampai 13 episode," ungkapnya.
Tak lama lagi juga akan segera dirilis film baru berjudul Komodo Dragon yang mengisahkan tentang keprihatinan lepasnya Pulau Komodo sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia.
"Film akan dirilis beserta dengan komiklnya juga," imbuh Nidia.
Disebutkan Nidia seluruh film yang diproduksi diunggah melalui interent di situs Youtube sehingga seluruh masyarkat bisa dengan mudah mengakses film-film mereka.
"Respons masyarakat bagus, film kami dilihat 1.000-2.000 viewer dari berbagai negara setiap harinya. Masyarakat luar negeri ternyata sangat mengapresiasi hasil karya kami," tuturnya.
Film yang diproduksi Nidia tidak hanya bisa mengembalikan tokoh superhero Indonesia. Karya-karyanya juga mampu menghantarkan dirinya meraih penghargaan sebagai usaha terinovatif kategori kreatif ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2012. Penghargaan diberikan pada 17 Januari 2013 Silam di Jakarta.
Konsumsi masyarakat akan komoditas ikan air tawar semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kandungan protein pada makanan. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2010, produksi ikan air tawar di Indonesia mencapai 46% dari keseluruhan produksi perikanan Indonesia. Tak hanya dikonsumsi di dalam negeri namun ikan air tawar juga kini mulai diekspor ke luar negeri. Dengan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki seharusnya ikan air tawar dapat menjadi komoditas unggulan dari Indonesia, segala usaha inovasi untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar pun terus digalakkan oleh berbagai pihak tak terkecuali Gibran Chuzaefah Amsi, seorang alumnus program studi Biologi Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2007.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah dan ketertarikannya pada bidang entrepreneur, pada November 2012 Gibran mendirikan perusahaan Cyber Aquaculture. Sesuai dengan namanya perusahaan ini bergerak pada supporting system di bidang akuakultur dengan basis teknologi informatika dan cyber. Setelah melakukan penelitian selama 1 tahun, Gibran akhirnya menemukan sebuah inovasi baru yaitu teknologi sistem pakan ikan air tawar otomatis yang diberi nama 'e-Fishery'. Hal ini dilakukan oleh Gibran karena teknologi yang digunakan oleh pengusaha budidaya ikan air tawar di Indonesia sekarang ini masih sangat tradisional sehingga usaha ini menjadi kurang menguntungkan. "Dengan adanya e-Fishery ini budidaya ikan air tawar di Indonesia akan menjadi lebih produktif, prospektif, dan profitable," ujar Gibran.
E-Fishery akan memudahkan pengelola usaha budidaya air tawar karena dapat melalukan kontrol secara otomatis dari jarak jauh cukup dengan menggunakan layanan pesan singkat (SMS). Kontrol dapat dilakukan mulai dari pemberian pakan, penjadwalan pakan otomatis, kuantitas pakan yang digunakan, sampai sistem keamanan sehingga apabila terjadi tindak pencurian dapat terdeteksi dari jarak jauh dan dapat langsung dihubungkan dengan ponsel kepolisian. Selain itu, produktivitas dari budidaya ikan air tawar pun akan lebih terdata dengan baik dengan adanya e-Fishery. Melalui data tersebut, produktivitas dari usaha ini untuk masa yang akan datang dapat diproyeksikan sehingga investor akan yakin dengan prospektivitas budidaya ikan air tawar ini.
Teknologi yang digunakan oleh Gibran adalah dengan menggunakan network operation center yang dihubungkan dengan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang merupakan sistem kontrol yang biasa digunakan di industri besar. Komponen ini kemudian dihubungkan dengan food container yang telah dilengkapi dengan mekanisme pengeluaran pakan otomatis dan sensor kuantitas pakan. Dalam mengimplementasikan teknologi ini Gibran masih menemui beberapa kendala diantaranya yaitu pengembangan teknologi yang digunakan dan bagaimana mengedukasi masyarakat karena teknologi E-Fishery ini dapat dikatakan merupakan hal yang sangat baru bagi masyarakat.
Penemuannya di bidang teknologi pangan dan perikanan ini berhasil membawa Gibran meraih Juara I di kompetisi Mandiri Young Technopreneur 2012 pada kategori pangan dan pertanian. Dari kompetisi ini modal usaha sebesar Rp 1,5 miliar pun didapatkan Gibran untuk terus mengembangkan usahanya. Gibran bercita-cita untuk membuat 'Desa Cyber Aquaculture Mandiri', yaitu sebuah desa yang memiliki potensi budidaya ikan air tawar yang dikembangkan dengan teknologi E-Fishery.
Prestasi yang diraih oleh Gibran tentunya sangat menginspirasi anak muda Indonesia untuk terus menghasilkan inovasi yang bermanfaat, mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat, dan turut memiliki nilai jual. "Semoga sumber daya manusia dan alam dari sektor pertanian dan perikanan bisa dikembangkan agar mampu menyejahterakan rakyat," tutur Gibran.
Mandiri Young Technopreneur (MYT) 2012 adalah program pemberian penghargaan persembahan Bank Mandiri kepada kaum muda Indonesia yang memiliki inovasi teknologi tepat guna yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat dikembangkan menjadi wirausaha teknologi (teknopreneur) besar di masa depan. MYT 2012 terdiri dari beberapa bidang teknologi, yaitu: energi, air, panga-pertanian, dan teknologi informasi. Dari kempat bidang tersebut, jumlah peserta yang mengikuti sebanyak 1292 tim dari seluruh Indonesia kemudian dipilih 2 pemenang dari tiap bidang.
Kami tim Conservation yang terdiri dari:
- Dera Hafiyyan Supriyo Suromo (Teknik Elektro 2009)
- Arief Kurnia Miharja (Teknik Elektro 2010)
- Handy Aulia Fathony (MRI 2009)
Alhamdulillah telah memperoleh juara 2 MYT 2012 bidang Air dengan karya kami yaitu Conservation : Calixarene From Fenol (Resorsinol) and Aldehide (Vanilin) To Reduce Metal Ion Polution in Maritime. Conservation ini merupakan teknologi penyerap logam berat dengan memanfaatkan tumbuhan kopi dan kayu secang dalam bentuk kapsul.
Dalam mengikuti MYT 2012, kami mendaftarkan dua karya, karya pertama untuk bidang teknologi informasi dan karya kedua untuk bidang air yaitu Conservation, dengan mengirimkan proposal dan formulir pendaftaran secara online. Karya pertama kami ditolak, tetapi alhamdulillah karya kedua kami (Conservation) lolos 5 besar. Kemudian kami menjalankan training bisnis selama 10 hari sekaligus melakukan presentasi produk dan bisnis kami kepada pakar air (Pak I Gede Wenten), direktur Metro TV, direktur keuangan Bank Mandiri, pimpinan perusahaan Aqua, dan dosen (Ilham Habibie). Alhamdulillah seluruh rangkaian yang kami lewati, ditutup dengan indah yaitu dengan kemenangan kami. Kami mendapat juara dua MYT 2012 bidang air dengan hadiah sebesar 40 juta rupiah ditambah dengan pendanaan bisnis sebesar 1 miliar. Selain hadiah tersebut, banyak hal yang kami dapatkan selama mengikuti MYT, yaitu wawasan mengenai kewirausahaan, bertemu para nvestor, berbagi cerita dengan teman-teman sesama pengusaha, dan pastinya yang awalnya kami tidak punya perusahaan (hanya bermodalkan ide teknologi) kini mulai membangun perusahaan kami dibimbing Bank Mandiri.
Fokus pada satu bidang dan berkomitmen pada kualitas menjadi kunci sukses Agung Sri Hendarsa dalam membesarkan PT Aozora Agung Perkasa. Baru tiga tahun jalan, perusahaan pengolahan air bersih dan air limbah ini beromzet miliaran rupiah.
Limbah menjadi persoalan pelik bagi industri. Tapi, bagi PT Aozora Agung Perkasa, limbah merupakan sumber pendapatan. Lihat saja, meski baru berdiri sejak tahun 2009, perusahaan yang bergerak di bisnis pengolahan air bersih dan air limbah itu telah membukukan pendapatan Rp 10 miliar tahun 2011 lalu. Dua bulan pertama di 2012, pendapatan Aozora telah mencapai Rp 11 miliar.
Pencapaian kinerja yang pesat ini tidak lepas dari kegigihan sang empunya perusahaan itu, yakni Agung Sri Hendarsa. “Tahun 2009, pendapatan kami hanya Rp 50 juta. Tahun 2010, nilai omzet meningkat menjadi Rp 5,5 miliar,” ujar pria kelahiran Temanggung, 8 November 1977 ini, bangga.
Beberapa perusahaan yang limbahnya ditangani Aozora antara lain Santos, Pertamina, Dahana (BUMN di industri bahan peledak), dan Astra Otopart. Pencapaian bisnis ini tidak diperoleh Agung dengan mudah. Semua berawal dari kesabaran dan keseriusannya belajar tentang limbah. “Saya banyak belajar dari orang Jepang. Mereka sukses karena fokus terhadap bidang usaha yang dijalaninya,” ujarnya.
Jika dirunut, Agung sudah memutuskan berkonsentrasi di pengolahan limbah sejak duduk di bangku sekolah menengah atas di Pekalongan, Jawa Tengah. Dia memulai dengan ikut penelitian remaja. Saat duduk di bangku kuliah, bapak dua anak ini melanjutkan penelitian tentang limbah batik. “Setelah lulus S-1 Teknik Kimia di Universitas Gadjah Mada pada 2000, saya mendapat beasiswa kuliah jangka pendek selama setahun di Jepang,” kenangnya.
Setahun belajar di Jepang, Agung kepincut melanjutkan S2 di Negeri Samurai itu. Karena tidak ada biaya, anak dokter puskesmas ini bekerja serabutan. Ia menjadi tukang cuci piring, cuci mobil, karyawan di pabrik tahu dan pabrik plastik, serta petugas pembersih salju. “Ternyata, belajar di Jepang itu butuh fokus. Saya men-DO-kan diri,” katanya.
Pada tahun 2002, Agung pulang ke Indonesia dan bekerja di sebuah perusahaan kimia. Tapi, ia hanya bertahan setahun lantaran lolos seleksi mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Jepang. “Kali ini bekal saya cukup. Saya tidak bekerja sebagai tukang cuci lagi, tapi sebagai asisten dosen,” ujar suami dari Valleria ini.
Berdiri di kaki sendiri
Selesai mengantongi gelar S-2, Agung pulang ke Tanah Air dan dipercaya menjadi general manager sebuah perusahaan asal Jepang yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia. Karena ketidakcocokan dengan manajemen, Agung mundur dari perusahaan itu pada tahun 2008. Seorang investor dari Surabaya sempat mengajaknya bekerja sama. Tapi, lantaran perbedaan prinsip, ia mundur.
Tak bertahan lama menganggur, Agung dipercaya mengelola perusahaan biodiesel oleh investor di tahun 2008. Tapi, perusahaan ini terpaksa ditutup lantaran investor kehabisan modal akibat krisis keuangan global. “Pada Maret 2009, saya di-PHK, persis menjelang kelahiran anak saya dan sedang merenovasi rumah, Jadi klop sudah,” katanya. Alhasil, selama dua bulan, Agung menganggur.
Dengan bermodal kartu nama dan berkantor di lantai dua rumahnya, Agung membuka jasa konsultan engineering design. “Klien pertama saya pabrik lem. Saya mendapat fee Rp 12 juta,” kenangnya. Akhirnya, dia bertemu seorang teman, Henri Prakoso, yang mencetuskan ide usaha pengolahan limbah.
Agung sadar, usaha barunya ini membutuhkan legalitas agar membangun kepercayaan calon klien. Untuk itu dia merogoh uang Rp 20 juta untuk mendirikan PT Aozora Agung Perkasa di Juli 2009. “Ternyata legalitas saja tidak cukup, butuh curriculum vitae (CV) perusahaan untuk meyakinkan calon klien, karena perusahaan kami belum menangani proyek,” ujarnya.
Agung pun mencoba mengikuti tender proyek meski tak yakin menang. “Tujuan utama saya ikut tender supaya nama perusahaan nampang di list peserta tender. Dari situ, nama kami akan pelan-pelan dikenal,” katanya sambil terkekeh. Pelan tapi pasti, beberapa perusahaan besar mulai berdatangan menjadi klien Aozora.
Agung terus memperkuat nama Aozora. Hanya bermodal Rp 20 juta, dia berani membuka cabang di San Diego, Amerika Serikat, pertengahan 2010 silam. “Pembukaan cabang di Amerika Serikat ini juga bertujuan agar nama Aozora menjadi lebih prestise. Lagi pula saya hanya membutuhkan waktu seminggu untuk membuka cabang,” tuturnya.
Agung bilang, pengembangan bisnis ini sangat terbantu oleh timing yang tepat. Ketika isu tentang kerusakan lingkungan dan global warming merebak, jasa pengolahan air bersih dan air limbahnya kian dilirik orang. “Pengolahan limbah butuh biaya banyak. Karena itu saya berusaha berinovasi pengolahan limbah bagi pelaku UKM,” ujar Agung yang melanjutkan S-3 di Universitas Indonesia ini.
Disleksia (dyslexia) merupakan kelainan neurobiologis ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat dan kesulitan dalam kemampuan mengode simbol.
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang tergabung dalam tim LexiPal berhasil membuat aplikasi Kinect-based Dyslexia Therapy untuk siswa penyandang disleksia.
Lewat aplikasi tersebut, mereka membantu para siswa disleksia untuk memahami huruf dan melatih penggunaan otak kiri dan kanan dengan baik.
Tim LexiPal terdiri dari 4 mahasiswa jurusan teknik elektro prodi teknologi informasi, yakni Muhamad Risqi Utama Saputra, Kuntoro Adi Nugroho, Vina Sectiana Amretadewi, serta Taufiq Almahsyur dan 2 anggota lainnya Vremita Desectia Amretasari dari sastra perancis FIB, dan Fransiska Vena dari jurusan akuntansi FEB.
Risqi bersama timnya membuat aplikasi untuk menjalankan terapi disleksia menggunakan perangkat Microsoft Kinect. Perangkat ini diperuntukan untuk mengatasi ketidakmampuan belajar penderita dalam membaca. Pasalnya disleksia sangat sulit disembuhkan secara medis, namun efeknya bisa diminimalisir dengan melakukan terapi.
“Umumnya anak disleksia kesulitan mengucapakan kata dan huruf. Dipaksa mengucapakan setiap hari tentu membosankan dan cenderung membuat mereka emosional dan malas,“ kata Vremita.
Vremita menuturkan bahwa ide membuat aplikasi permainan terapi disleksia saat akan mengikuti perlombaan di bidang teknologi informasi. Ketertarikan untuk disleksia timbul setelah mereka mengetahui informasi hasil laporan penelitian US Department of Health and Human Service tahun 2006 yang menyebutkan 10 persen populasi dunia menderita disleksia. Bahkan dari penelitian di sebuah penjara Amerika menyebutkan 51 persen penghuni penjara merupakan penderita disleksia.
Kendati tidak ada penelitian resmi tentang disleksia di Indonesia, mereka pun akhirnya coba terjun ke lapangan, diantaranya mengunjungi beberapa sekolah yang memiliki siswa berkebutuhan khsusus serta berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui lebih jauh tentang disleksia.
Awal tahun 2012 mereka melakukan riset selama 2-3 bulan di beberapa sekolah dasar dan sanggar belajar di Yogyakarta untuk mengetahui kondisi anak-anak penderita disleksia. “Kita temui ada 2-3 anak disleksia di setiap sekolah,” katanya.
Mengetahui tidak ada yang berbeda cara mengajar anak disleksia dengan anak normal lainnya, Risqy bersama rekan-rekannya membuat model pengajaran dengan menggunakan teknologi informasi. Lewat aplikasi Kinect Windows presentation dikombinasikan kinect x box dan menghabiskan dana kurang lebih Rp 2,5 juta mereka berhasil membuat aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk mengajar siswa penyandang disleksia.
Bahkan terapi disleksia yang menyenangkan melalui gamifikasi menggunakan Microsoft Kinect sengaja dibuat sesuai dengan koridor penyelenggaraan terapi disleksia. Salah satu contoh fiturnya adalah spelling/pronouncing game, yaitu permainan yang didesain untuk meng-encourage penyandang disleksia dalam mengucapkan suatu huruf/kata yang sulit diucapkan.
“Penyandang disleksia akan diminta mengucapkan huruf atau kata yang sesuai dan aplikasi akan menganalisisnya dengan bantuan speech recognition pada Kinect,” kata Risqy.
Setiap kali penyandang disleksia berhasil mengucapkan huruf atau kata tersebut dengan benar, seekor kera dalam aplikasi akan memanjat naik menuju buah pisang idamannya dan aplikasi akan memberikan sejumlah poin tertentu sebagai penghargaan atas keberhasilan dalam melakukan terapi tersebut.
Karena aplikasi yang mereka buat terbilang unik dan inovatif, Tim lexipal mendapat penghargaan pemenang terbaik II untuk kategori teknologi informasi dalam ajang Mandiri Young Technopreneurship yang berlangsung di Jakarta 17 Januari 2013 lalu.
“Meski juara II, Kita dianggap satu-satunya pemenang untuk kategori ini,” kata Risqy bangga.
Sumber: Humas UGM (ugm.ac.id)
Berkat kepeduliannya, CEO Nalacity Shop, Yovita Salysa Aulia, bisa membuat kaum marginal menjadi berdaya. Melalui bendera Nalacity Shop, Yovita merangkul 20 orang yang pernah menderita kusta agar mampu berkarya dan lebih produktif. Berkat kegigihannya memberikan pelatihan, ibu-ibu tersebut mampu membuat jilbab dengan aplikasi payet dan kreasi manik serta beragam pernak-pernik fashion lainnya.
Nalacity merupakan wirausaha sosial (sociopreneurship) yang memberdayakan ibu-ibu mantan penderita kusta di Sitanala, Tangerang, Banten. Bisnis ini berawal dari proyek sosial Indonesia Leadership Development Program generasi pertama yang digulirkan lima mahasiswa Universita Indonesia dari fakultas yang berbeda, yakni Yovita, Hafiza, Arriyadhul, Andreas, dan Alfi. Mereka dituntut untuk memenuhi kewajiban dari Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia sebagai mahasiswa berprestasi Universitas Indonesia pada 2010. Dari hasil pemikiran mereka, pada 10 November 2012 terbentuklah Nalacity.
Kampung kusta Sitanala merupakan sebuah daerah di Tangerang yang memiliki rumah sakit khusus bagi pasien penderita kusta. Kebanyakan para pasien yang telah sembuh enggan kembali ke tempat asalnya dan lebih memilih menetap di lingkungan sekitar rumah sakit. Mereka malu dengan dampak kusta yang menyebabkan kecacatan permanen pada tubuh mereka. Yovita memantau, sebagian masyarakat masih jijik terhadap penderita kusta. Tapi, sebagian lainnya sudah mau membuka pikiran mereka dan menerima kehadiran mantan penderita kusta.
Yovita dan teman-temannya pun terpikir untuk membantu komunitas marginal ini karena jarang sekali ada orang yang mau memberdayakan mereka karena kusta. Mereka pun menyampaikan niat baik tersebut pada ketua rukun tetangga (RT) setempat. Respons yang diterima cukup baik. Ketua RT setempat bahkan membantu Yovita mengumpulkan 20 orang ibu mantan penderita kusta untuk dilatih.
Yovita mengatakan, menjalankan Nalacity tidaklah mudah. Apalagi, tidak ada satu pun dari ia dan teman-temannya yang berasal dari latar belakang pengusaha, sehingga butuh upaya keras menjalankan bisnis tersebut. Ditambah lagi, Nalacity merupakan bisnis sosial yang masih terus belajar dan mencari jati diri. Tapi, Yovita yakin, kesulitan yang dihadapi ada jalan keluarnya. Yovita percaya, saat kita menjalankan dengan ikhlas dan sepenuh hati apa yang kita kerjakan untuk membantu sesama, akan selalu ada jalan kemudahan.
Setelah dilatih selama sebulan, ke 20 mantan penderita kusta itu kini mampu menghasilkan jilbab kreasi dan aneka pernik fashion lain, seperti bros. Dalam sebulan, mereka mampu menghasilkan 50 hingga 60 jilbab. Omzet yang diperoleh Nalacity memang belum banyak, baru sekitar tiga juta hingga empat juta rupiah per bulan. Dengan omzet yang masih terbatas ini, Yovita belum berani menambah pekerja di Nalacity meskipun banyak penderita kusta yang berniat bergabung. Kalau ke 20 mantan penderita kusta yang saat ini bekerja dengan Nalacity sudah cukup mandiri, ia baru berani membuka kesempatan bagi ibu-ibu lainnya.
Selain membuat jilbab dan aneka pernik, ke 20 mantan penderita kusta itu juga memiliki kegiatan lain. Mereka aktif memeriksa kesehatan dan penyuluhan terhadap anak-anak mereka. Nalacity juga kerap mengadakan gathering atau kegiatan berbagi rezeki saat hari-hari besar Islam.
Beberapa pekerja Nalacity juga memiliki pekerjaan di tempat lain. Yovita memang tidak melarang mereka memiliki dua pekerjaan. Pasalnya, kebanyakan dari mereka mempunyai kehidupan ekonomi lemah, sehingga Yovita tidak ingin menutup pintu penghasilan mereka dari sumber lain. Karena bagaimana pun ia dan rekan-rekannya belum bisa menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Yovita sendiri memilih fokus mengurusi Nalacity. Dia ingin ke depannya produk-produk Nalacity yang sebagian besar dipasarkan lewat online ini dipandang kualitasnya dan bukan karena siapa yang membuat. Karena awalnya, kebanyakan orang yang membeli karena ingin menghargai pembuatnya. Tapi Yovita ingin mulai saat ini orang yang membeli karena suka akan kulitasnya.
Perempuan kelahiran 18 November 1989 ini pun saat ini sedang mengusahakan agar Nalacity dapat menjadi sebuah yayasan. Prosesnya sedang memasuki tahap pengambilan akta dan tanda tangan. Dia berharap, di tahun 2014 ini rencana tersebut bisa segera direalisasikan.
Tekad Yovita berkecimpung di dunia bisnis sosial tidaklah setengah-setengah. Ia memiliki impian mengembangkan Nalacity hingga ke jagad internasional, baik sebagai bisnis sosial maupun sebagai sebuah yayasan. Menurutnya, pemberdayaan mantan penderita kusta masih sangat jarang. Dan ia berharap, bisa menjadi pelopor di Indonesia dan dunia dengan sistem bisnis sosialnya, serta menjadi sampel pemberdayaan mantan penderita kusta.
Dari sisi pemasaran produk, Yovita berharap, hasil karya Nalacity dapat dijual di luar negeri. Yovita ingin Nalacity tidak hanya bergerak demi rupiah semata, tetapi juga berkontribusi pada masyarakat. Intinya, ia ingin memberdayakan kaum marginal menjadi lebih produktif.
Mendapat pendampingan dari Yovita dan rekan, Nalacity telah menapai sejumlah prestasi. Nalacity masuk sebagai finalis kompetisi Fatigon Aksi Semangat berikut iklan TV-nya. Mereka juga menerima pembiayaan dari Universitas Indonesia Young Smart Entrepreneurship Program (UIYSEP) 2012 dan menjadi pemenang Mandiri Bersama Mandiri (MBM) Challenge bidang Industri Kreatif kategori Start Up 2012.
Pada Tahun 2012, Kraviti mengikuti lomba Mandiri Bersama Mandiri Challenges Award, salah satu program Bank Mandiri untuk Kewirausahaan Sosial. Kraviti saat itu mendapatkan Juara Pertama untuk kategori Industri Kreatif kelompok Semi Established. Kraviti mendapatkan hadiah sebesar Rp. 30 juta Rupiah dan Project Capital Sebesar Rp. 300 juta Rupiah.
Berkat support dari Bank mandiri, Kraviti mendapatkan kesempatan untuk lebih memaksimalkan pembinaannya, sehingga Kraviti memiliki media branding dan networking yang lebih luas lagi. Tidak hanya di Indonesia, pada Bulan Maret 2013, kami berkesempatan untuk memperkenalkan produk dan program kami ke Den Haag, Belanda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Idul Adha menjelang sepekan mendatang, berbagai tawaran berkurban datang dari berbagai lembaga.
Konsep menghubungkan antara peternak tradisional di desa, kaum urban, dan komunitas social entrepreneur lewat teknologi coba ditawarkan tiga perusahaan untuk memudahkan kaum urban.
UrbanQurban, proyek kolaborasi antara D!Yours Human Centered Design (HCD), Badr Interactive, dan Twip Studio dirilis Ahad (7/10) lalu. Kaum urban cukup mengklik aplikasi urbanqurban.com untuk aplikasi android dan iPhone.
“Kami berusaha membantu peternak kambing dan sapi tradisional untuk menembus kelas menengah. Kelas menengah atau kaum urban bergaul akrab dengan teknologi. Oleh karena itu, kami ciptakan inovasi gerakan kolaborasi sosial lewat teknologi,” kata Maestro D!Yours HCD, Fahry Yanuar Rahman, Kamis (11/10).
Selain memberi manfaat, bagi kaum urban yang tidak punya waktu dan akrab dengan teknologi bisa berkurban dengan aman dan nyaman. Niatannya juga membantu pedagang kurban mendapat penghasilan. Sehingga, imbuh Fahry, masyarakat diberdayakan melalui jejaring kewirausahaan.
"Dan yang terpenting, inovasi kolaborasi sosial ini didirikan oleh para pemuda Muslim negeri ini," cetus peraih penghargaan Mandiri Bersama Mandiri (MBM) Challenge kategori Industri Kreatif ini.
Perkembangan sosial media begitu pesat dan telah diaplikasikan hampir di setiap aspek kehidupan mulai interaksi sosial, mencari kerja, mencari jodoh, membina komunitas, menuangkan pikiran hingga menyalurkan keluhan. Begitu pula di dunia bisnis, peran sosial media begitu kuat hingga mendapatkan perhatian khusus bagi korporasi besar untuk menangkap peluang, mengelola isu negatif, meningkatkan daya saing, menciptakan produk dan layanan terbaik yang pada akhirnya bertujuan untuk memenangkan persaingan pasar.
Suatu produk / layanan bisa diterima pasar dan memiliki konsumen yang loyal jika mampu memberikan value / nilai yang melebihi ekspektasi dari para konsumen. Namun bagaimana jika konsumen kurang puas, kecewa atau bakan marah atas produk dan jasa yang disediakan oleh produsen? Faktanya hanya 4 % dari konsumen di Indonesia yang kecewa mau menyampaikan kekecewaaannya melalui customer care service perusahaan. Sisanya 96 % suara konsumen tidak disampaikan kepada pihak perusahaan. Hal ini sering kali berujung pada konsumen yang meninggalkan suatu produk dan beralih ke produk lainnya.
Memahami peluang ini Waliamien Syechyanuar menciptakan Bulp pada untuk menjembatani keluhan konsumen di Indonesia melalui berbagai platform social media dan digital. Melalui alikasi ini berbagai perusahaan kini mampu mengelola keluhan dan masukan konsumen dengan lebih efektif dan efisien. Pemuda lulusan ITB ini menuturkan bahwa industry digital di Indonesia sedang berkembang dan melalui berbagai pembinaan program WMM, di tahun 2020 Bulp mentargetkan akan menguasai pasar regional untuk customer relationship management platform.